“Stress? Don’t Worry Your Feelings Are Valid!”
Bandung, 12 Juni 2021- Kegiatan kuliah tamu pertama kali diselenggarkan oleh Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Bhakti Kencana dengan judul “Stress? Don’t Worry Your Feelings Are Valid!”. Acara ini dilaksanakan pada hari Sabtu (12/06/2021), melalui virtual Zoom meeting dan live YouTube Bhakti Kencana University. Dihadiri oleh dosen-dosen Universitas Bhakti Kencana, mahasiswa/mahasiswi Universitas Bhakti Kencana (untuk mahasiswa Program Studi Psikologi diwajibkan untuk hadir), serta dihadiri oleh umum. Acara kuliah tamu ini menghadirkan narasumber yang merupakan dosen Psikologi dari Universitas YARSI dan PhD(c) Vrije Universiteit Amsterdam yaitu Ibu Dilfa Juniar, M.Psi., Psikolog. Kuliah tamu prodi psikologi ini dibuka dengan sambutan dari Kaprodi Psikologi Universitas Bhakti Kencana yaitu Ibu Myrna Anissaniwaty, S.Psi., M.Psi., Psikolog., menuturkan “disini kita akan memperoleh informasi yang baru yang mungkin juga bisa menambah kemampuan kita khususnya untuk melihat gejala stress, untuk itu kita perlu peka dan melihat kembali seperti apa gejala-gejala, jenis-jenis atau ciri-cirinya sehingga nantinya akan menentukan cara mencari solusi dalam menghadapi stress tersebut”. Ibu Myrna berharap khususnya untuk mahasiswa Program Studi Psikologi, dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya, melakukan eksplorasi lagi sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih utuh terkait permasalahan stress sehingga bisa memaknai perasaaan secara valid dan bisa mengelola serta menghadapi permasalahan stress tersebut.
Setelah rangkaian acara pembukaan selesai, kuliah tamu dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber yaitu Ibu Dilfa Juniar, M.Psi., Psikolog dari Dosen Psikologi Universitas YARSI dan PhD(c) Vrije Universiteit Amsterdam, dengan dimoderatori oleh Ibu Linda Widyastuti, M.Psi., Psikolog selaku dosen pengampu mata kuliah Observasi dan Wawancara. Ibu Dilfa menjelaskan arti Stress yang berarti ketegangan serta gangguan mental serta emosional yang disebabkan karena faktor dari luar. Ibu Dilfa juga menjabarkan definisi stress dari salah satu tokoh yang mempakari penelitian tentang stress, Hans Selye, stress merupakan respon tubuh terhadap tekanan dari luar baik itu fisik maupun psikologis yang bentuknya rasanya sakit, masalah yang bertubi-tubi, sumber dari pikiran, dll. Lebih lanjut pemaparan dari Ibu Dilfa menyatakan Hans Selye mengemukakan bahwa stress yaitu bumbu kehidupan, jika kehidupan kita tidak ada stress maka akan membosankan. Selain itu, beliau juga menjelaskan stress itu normal sekaligus dibutuhkan oleh manusia, namun dengan batasan tertentu, jika sudah melebih batas normal maka akan terjadi sesuatu berdampak negatif.
Lebih lanjut, Ibu Dilfa juga menyampaikan efek dari stress ada dua yaitu, efek langsung dan tidak langsung. Hormon kortisol sebagai hormon yang berperan selama munculnya stress, jika kortisol meningkat maka akan berpengaruh pada kesehatan sehingga menyebabkan daya tahan tubuh melemah, penyakit maag, dan tekanan darah tinggi. Namun disisi lain, hormon kortisol ini memiliki dampak positif membantu proses metabolisme dan membantu kita untuk tahan menghadapi situasi sulit. Dalam pemaparan materi tersebut, beliau juga menyampaikan gejala fisik dari stress seperti sering sakit kepala, resah gelisah, keringat berlebihan, sering demam, infeksi & radang mulut, ruam yang tidak diketahui penyebabnya, gatal, merinding, alergi tanpa sebab yang jelas, susah tidur, denyut nadi cepat, sakit punggung & leher, serta terus menerus merasa lelah. Selain itu, terdapat pula gejala perilaku dari stress yang dapat dilihat pada diri kita sendiri ataupun orang lain dimana gejala perilaku tersebut yaitu kesulitan berkomunikasi, menurunnya kinerja, sering terlambat dan menutup diri.
Adapun gejala mental dan kognitif dari stress yaitu selalu menyalahkan diri sendiri, sulit untuk berkonsentrasi, pelupa, dan sering ragu-ragu. Stress juga memiliki gejala emosional yang tidak jelas yaitu sering marah-marah, perasaan sedih yang berkepanjangan dan merasa bersalah. Dari banyaknya gejala-gejala stress yang bisa terjadi, terlebih dahulu dapat dilakukan observasi pada gejala-gejala yang tampak. Observasi ini dapat berupa observasi perilaku seperti postur tubuh, bahasa tubuh, kontak mata, nada bicara, dan penampilan. Adanya Self-Monitoring akan membantu klien untuk dapat mengobservasi dan mencatat perilakunya sendiri secara objektif. Setelah itu interviu dapat pula digunakan untuk melakukan asesmen masalah terhadap simptom stress yang muncul. Saat dilakukan interviu dalam rangka asesmen gejala stress, sekaligus pula kita dapat mengetahui cara menanggulangi stress tersebut. Tujuan interviu/wawancara ini untuk mengumpulkan informasi tentang kesulitan klien dan variabel–variabel terkait, mencari kemungkinan dalam penyelesaian masalah dan pada akhirnya membantu interviewer maupun interviewee mengembangkan hubungan yang baik yang ia sebut Rapport.
Setelah selesai pemaparan materi oleh narasumber, kuliah tamu ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan datang dari salah satu dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bhakti Kencana Bandung yaitu Ibu Nadia Ushfuri Amini, S.I.Kom., M.I.Kom, menuturkan bahwa materi yang dibahas sangat menarik dan penting sekali bukan hanya untuk mahasiswa tapi juga untuk pribadi Ibu Nadia. Kemudian, Ibu Nadia juga bertanya mengenai tema penelitian tesisnya dahulu yang sama-sama membahas tentang gangguan stress yang pada akhirnya berujung pada kegilaan atau ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Pertanyaan ini menjadi menarik karena Ibu Nadia menyatakan bahwa ia menemukan penyebab distress ternyata hal-hal sederhana seperti kehilangan handphone, dan menanyakan indikasi periode waktu apabila seseorang membutuhkan penanganan lebih lanjut terhadap distress yang dialami sebelum sampai pada hal-hal lain yang berujung seperti kegilaan. “Menarik ya, dari stress yang sebenarnya dibutuhkan dalam kehidupan manusia itu bisa berujung pada gangguan kejiwaan, tidak ada batasan pasti secara teoritis mengenai waktu ini, hanya saja diperlukan observasi untuk melihat kondisi orang tersebut dengan batasan waktu selama tiga bulan, segera rujuk ke profesional seperti psikolog maupun Psikiater apabila tidak ada perubahan”, ujar Ibu Dilfa Juniar, M..Psi., Psikolog menjawab pertanyaan yang diajukan. Kuliah diakhiri dengan pembacaan resume kuliah tamu oleh moderator Ibu Linda Widyastuti, M.Psi., Psikolog. Namun sebelum kuliah tamu tersebut ditutup terdapat closing statement dari Ibu Dilfa Juniar, M.Psi., Psikolog, yang menyampaikan bahwa setiap individu hendaknya tidak takut saat berhadapan dengan stress, kadar stress yang cukup dan tekanan yang cukup dibutuhkan untuk membentuk pribadi menjadi lebih optimal. Tidak lupa narasumber menyampaikan bahwa meminta bantuan pada orang lain merupakan tindakan yang patut dilakukan apabila seseorang memang sudah sangat butuh bantuan saat menghadapi gejala stress ini.*** (Saung Literasi: Aqllah Indah Kartika / Siti Santika)